Sosok Ki Ageng Cempaluk Sang
Penakluk Wilayah
Nama “ki ageng cempaluk”tidak bisa
dipisahkan dari asal-usul Desa Kesesi, sebuah desa di kabupaten pekalongan yang
terkenal dengan jajanan tradisional nya yang tidak asing lagi yaitu apem. Dan keberadaan ki ageng cempaluk
menjadi tokoh bersejarah dan tokoh penting dalam asal-usul berdirinya desa
kesesi.
Di zaman dahulu, dalam sejarah tanah jawa sebutan “ki ageng” digunakan
oleh seseorang yang berpengaruh dalam terbentuknya suatu daerah atau sebutan
yang diberikan oleh raja kepada seseorang karena jasanya terhadap kerajaan.
selain itu sebutan “ki ageng” digunakan untuk tokoh dengan kesaktian legendaris
dalam cerita tutur rakyat. gelar ini digunakan pada masa awal masuknya islam di
pulau jawa, yaitu kira-kira semenjak keruntuhan majapahit hingga awal
berdirinya kerajaan-kerajaan islam.
Sebutan ‘ki’ adalah sebutan untuk seorang lelaki
pada umumnya sedangkan tambahan “ageng atau gede”(besar) adalah penanda bahwa
tokoh tersebut benar-benar pemimpin pada suatu daerah tertentu. sebagai contoh
para leluhur pendahulu “wangsa mataram” sebelum panembahan senopati memakai
gelarki ageng tersebut.
Sehingga karena jasanya kepada kerajaan, latar belakang dengan masalah
kekerabatan, dan pengaruh ilmu yang bermanfaat bagi penduduk di daerah kesesi,
maka beliau diberi sebutan ki ageng
cempaluk.
Nama lain ki ageng tempat lu ya lah biasa dikenal
dengan sebutan ghibah uki ageng tempalo adalah sahabat dari pangeran benowo
yang merupakan seorang raja pajang pajang yang terakhir pangeran benowo
memutuskan untuk berkelana bersama 4 orang sahabatnya termasuk ki ageng cempluk
seusai lengser dari kerajaan pajang maka tak bisa dipungkiri lagi ki ageng
sumpah lu memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pangeran benowoselain itu
beliau juga memiliki hubungan dekat dengan sultan mataram pertama yaitu
panembahan senopati diceritakan bahwa pada suatu hari pangeran benowo melakukan
sebuah perjalanan hingga sampai di suatu daerah yang bernama alas pukulan
daerah tersebut yang nantinya menjadi cikal bakal kabupaten kendal yang dibuka
wilayahnya untuk pertama kalinya oleh Pangeran Benowo.
Di lain sisi,ki bahu (ki ageng cempaluk) mendapat
perintah dari panembahan senopati mataram untuk menjadi teman dengan ini ki Ageng
Cempaluk mendapat gelar kyai ngabehibahureka.
Tugasnya adalah agar bisa mengelola wilayah kendal yang kemudian hasilnya
diserahkan kepada pangeran benawa.
Lalu, beberapa waktu kemudian ki ageng cempaluk
diberi tanah perdikan disebuah desa kecil bernama Kesesi di dekat kali Comal. pemberian
ini bukan tanpa alasan namun karena dharma bhakti nya yang besar kepada mataram
yaitu atas jasanya mengembangkan wilayah kendalsari hingga menjadi kabupaten
kendal pada tahun 1601.
Sehingga jelaslah bahwa ki Bahu adalah penguasa de factoKendal yang kemudian berkembang menjadi Kadipaten Kendal
wajar saja bila akhirnya jabatan ini diberikan kepada putranya yaitu BakaBahu
untuk menggantikannya sebagai penguasa Kendal.
Dengan
usia yang sudah tidak muda lagi, ki Bahu berniat untuk ber-uzlah atau menyingkir (menyisih) ke tanah perdikannya yaitu Kesesi.
kegiatan ini beliau lakukan dalam rangka mengasingkan diri dari keramaian duniawi dan mendekatkan diri kepada
Allah Swt.
Maka jika masyarakat awam mengartikan Desa Kesesi itu ‘tersingkir’ atau daerah tak bertuan yang menjadi tempat pelarian para pejabat kerajaan yang kabur, maka sebenarnya bukan itu pengertian yang tepat melainkan tempat Ki Ageng Cempalukber-uzlah atau menyingkirkan diri dari keramaian duniawi.
Kurang lebihnya seperti itulah kisah kehidupan dari sososk Ki Ageng cempaluk. Beliau yang sangat berjasadalam membangun suatu daerah sehingga masyarakat bisa tinggal menikmati hasilnya saat ini.Namun jangan lupa untuk selalu menjaga dengan baik apa yang telah diperjuangkan para tokoh pada zaman dahulu yang kini telah kita nikmati dan juga menjadi amanat atau titipan untuk kita semua. Semoga kita bisa meneladani sosok luar biasa beliau Ki Ageng Cempaluk dalam menjalankan juga menegakkan agama.
Artikel By: Lembakmi RTIK ‘20
0 komentar: