Kamis, 03 Oktober 2019

Pemuda dan Perjuangan (Arifah Ulfah Zuhairoh)

Tujuh Puluh Empat (74) tahun yang lalu, secarik kertas bernama teks proklamasi dibaca sebagai pengubah status terjajah menjadi merdeka. Hanya satu lembar kertas dengan kalimat-kalimat sederhana namun luar biasa pengaruhnya. Setelah berabad-abad berada di bawah cengkeraman bangsa asing, akhirnya sampai juga pembebasan atas mereka. Segala kebahagiaan itu tak akan bisa diraih tanpa adanya perjuangan. Perjuangan mewujudkan kemerdekaan. Tak hanya bambu runcing tapi juga otak-otak cerdas berfikir dalam meja diplomasi. Berbagai elemen masyarakat ikut andil demi sebuah bangsa bernama Indonesia.

Sebuah kesuksesan tak akan muncul tanpa adanya proses. Setiap proses tak akan berbuah sukses jika tak ada perjuangan di dalamnya. Seperti halnya kemerdekaan Indonesia, tak akan pernah diraih tanpa adanya perjuangan.

Perjuangan menurut KBBI adalah usaha yang penuh dengan kesukaran. Artinya, perjuangan  merupakan sebuah cara atau jalan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dimana jalan tersebut dipenuhi dengan hal-hal yang sulit. Tak ada perjuangan yang mudah untuk dilalui.
Kemudian muncul pertanyaan, apakah perjuangan itu dibutuhkan? Tentu, perjuangan pasti dibutuhkan dan sangat dibutuhkan. Bukankah setiap manusia memiliki cita-cita? Dan bagaimana mereka meraih cita-cita jika mereka tidak melakukan perjuangan? Cita-cita bukan hanya sekedar angan-angan kosong yang hanya hadir dalam bayang-bayang. Cita-cita tak hanya untuk diimpikan tapi juga diperjuangkan. Keberhasilan meraih cita-cita adalah kebahagiaan besar bagi manusia.

Berbicara mengenai cita-cita, Indonesia juga memiliki cita-cita. Selama masa penjajahan, bangsa ini memiliki satu cita-cita utama yaitu meraih kemerdekaan. Cita-cita tersebut tak hanya didiamkan begitu saja,  tak hanya hidup dalam angan-angan tapi juga diperjuangkan.

Perjuangan dengan mengangkat senjata maupun perjuangan melalui meja politik. Sama sekali bukanlah hal yang mudah. Harta dan jiwa mereka rela korbankan. Kehilangan nyawa bukanlah masalah, yang terpenting bagi mereka adalah terwujudnya cita-cita bangsa. Merdeka.
Lantas, siapa yang berjuang? Yang berjuang adalah mereka yang memiliki nasib yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Hidup lama dalam penderitaan tidak membuat mereka hilang tujuan. Justru itulah, penderitaan memperkuat tujuan. Memang, setiap elemen rakyat ikut mengambil andil tapi yang paling berpengaruh adalah perjuangan yang dilakukan oleh para pemuda. Perintis pergerakan nasional adalah pemuda. Pelaku utama momen Kebangkitan Nasional adalah pemuda.

Pelopor pengakuan satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa adalah pemuda. Pembawa perubahan pada suatu bangsa adalah pemuda.
Siapa itu pemuda dan mengapa harus pemuda?
Menurut Aziz Syamsudin secara sosial, definisi pemuda adalah generasi antara 20 sampai 40 tahun. Referensi lain mengatakan bahwa pemuda adalah generasi berusia antara 18 tahun hingga 35 tahun. Sementara dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan peran publik seseorang berkisar antara usia 40-60 tahun. Usia muda biasanya memiliki semangat yang menggebu-gebu hingga terkadang melakukan sesuatu tanpa adanya perhitungan. Bisa dikatakan bahwa usia muda adalah usia paling produktf. Mereka didukung dengan fisik yang kuat sehingga produktivitasnyapun baik.

Namun, konteks pemuda tidak hanya diukur dari usianya. Istilah pemuda lebih sering dikaitkan dengan apa yang telah mereka lakukan. Pemuda dikenali dari bagaimana mereka berpikir dan bagaimana mereka bertindak. Kritis adalah gaya berpikir kaum muda. Mereka biasanya tidak mudah patuh pada suatu aturan. Jiwanya sensitif terhadap sosial. Mereka yang meski telah berusia sekitar 25 tahun, tapi hanya diam, tidak pernah melakukan aksi dan  masih ketergantungan pada orang lain, maka “kepemudaannya” perlu dipertanyakan.
Sejarah mencatat, partisipasi pemuda dalam perjuangan sangat besar. Tak hanya di Indonesia, tapi di negara lain pun sama. Dalam setiap peristiwa penting suatu bangsa, pemuda selalu memiliki peranan yang sangat berarti. Pemuda adalah sebagai motor penggerak suatu bangsa.

Banyak yang mengatakan bahwa pemuda adalah agent of change, agen perubahan. Pemuda adalah pelopor perubahan, pelopor pergerakan. Sebut saja, Budi Utomo dan Sumpah Pemuda, Rengasdengklok keduanya dipelopori oleh kaum muda. Perjuangan Bangsa Indonesia yang semula bersifat kedaerahan, bisa dinasionalkan oleh kaum muda. Mereka sadar, perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah tidak bisa dikelompokkan berdassarkan daerah,etnis, agama dan lainnya. Kelompok-kelompok tersebut harus disatukan agar cita-cita bangsa bisa terwujud.

Usia muda adalah usia yang strategis, usia produktif. Ditunjang dengan fisik yang kuat dan pemikiran yang telah matang, pemuda layak untuk menjadi harapan bangsa. Kritis dan kepekaan sosialnya sangat dibutuhkan. Pemuda yang cerdas serta berani adalah pemuda yang sebenarnya. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa pemuda yang diharapakan adalah mereka para mahasiswa. Mahasiswa memiliki cukup pendidikan dan pengetahuan yang mendorongnya berpikir kritis.

Perjuangan pemuda masa kini
Masa penjajahan telah berlalu, Indonesia telah merdeka. Tak perlu lagi mengangkat senjata, tak perlu lagi berdiplomasi kepada bangsa-bangsa penjajah. Lantas, apakah perjuangan pemuda berhenti begitu saja? Tentu saja tidak. Kepemimpinan Soeharto yang dinilai tidak sesuai dengan hati nurani rakyat adalah contoh real bahwa setelah merdeka pemuda tidak berhenti berjuang. Rakyat yang kelaparan, hidup dalam derita, keadaan negara yang kacau, membuat pemuda terusik. Ketika mulut rakyat dibungkam, para pemuda berani berteriak menyeruakan aspirasi rakyat. Reformasi, mereka menyebutnya. Sebuah perubahan yang diinginkan seluruh rakyat bisa terealisasikan oleh para pemuda.
Kemudian, apa yang dilakukan oleh kaum muda masa kini? Masihkah mereka kritis, masihkah mereka berani, masihkah mereka berjuang? Indonesia masa lalu hingga Indonesia masa kini masih membutuhkan peran kaum muda.

Soekarno pernah mengatakan bahwa perjuangannya lebih mudah karena berjuang melawan bangsa lain sedangkan perjuangan generasi masa kini lebih sulit karena mereka berjuang melawan bangsanya sendiri. Pemuda masa kini harus lebih peka terhadap keadaan bangsanya.

Pemuda khususnya mahasiswa masa kini cenderung acuh terhadap keadaan sosial. Mereka sibuk dengan konsumerisme dan hedonisme. Kenakalan remaja, narkotika telah meracuni mereka. Mereka lebih suka bersosial media di dunia maya dari pada membaca buku dan mengamati keadaan bangsa. Krisis moral dan rasa malas belajar semakin mewabah. Ketika semua orang mengharapkan peran pemuda, kini entah dimana mereka.

Seperti pernah dikatakan Taufiq Ismail dalam puisinya, Takut 66, Takut 98
Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa
Jelas di dalam puisi tersebut, peran pemuda terkhusus mahasiswa bisa menggeser peran seorang presiden. Yang dibutuhkan Indonesia bukan pemuda tak berpendidikan, pemuda pengangguran, ataupun pemuda nakal. Indonesia butuh pemuda intelek, pemuda yang peka social, pemuda yang dengan tulus hati mau berjuang untuk bangsanya. Mahasiswa sebagai elemen utama pemuda seharusnya bisa memberi sumbangsih besar terhadap perubahan.

Para pemuda, para mahasiswa, Indonesia menunggu kalian beraksi. Indonesia menunggu kalian melakukan perubahan lagi. 71 tahun merdeka, namun belum ada kemajuan, apakah kalian masih nyaman dengan foya-foya kalian? Apakah kalian apakah kalian belum juga terusik untuk bergerak? Mari kita fikirkan bersama.

Previous Post
Next Post

0 komentar: